Artikel

Mengangkat Perjuangan Ulama Muda Perempuan Untuk Mengubah Keadaan di Ciamis Jawa Barat

Dialektika intelektual ulama perempuan tidak berjalan lancar sebagaimana peran dan kiprah ulama laki-laki yang memang mayoritas.

Kehadiran ulama perempuan sejatinya sebagai bentuk komitmen kesetaraan gender terhadap pendakwah, pimpinan majlis ta’lim, pegiat komunitas, pemimpin/pengasuh di pesantren-pesantren yang didominasi oleh laki-laki. Terlepas itu semua, Manusia (baik laki-laki maupun perempuan) memiliki misi kenabian yang sama, yakni menjadi khalifah fil ardh di muka bumi ini. Maka, sudah sepatutnya keduanya harus mampu membangun kesalingan dan berkolaborasi untuk mewujudkan Islam yang penuh rahmat bagi semesta.

Terkait itu, Perhimpunan Rahima mengadakan Konsolidasi Jaringan Ulama Perempuan Jawa Barat, “Mengawal Implementasi Fatwa Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI)” di ruang Shafa Function Room, Noor Hotel, Jalan Madura No. 6, Kota Bandung Jawa Barat, dan diselenggarakan selama satu hari penuh pada Hari Selasa, sejak pukul 08.00 s.d 16.00, 8 November 2023. Perhimpunan Rahima yang lahir dari komunitas Islam tradisional, berusaha mengubah kultur dan struktur sosial masyarakat untuk mengakui hak-hak perempuan setara dengan laki-laki.

Dalam kesempatan konsolidasi tersebut, hadir puluhan aktivis, akademisi, guru ngaji, pimpinan pesantren (Bu Nyai) dan tokoh ulama perempuan se-Jabar.

Merespons kegiatan itu, salah seorang anggota Perhimpunan Rahima, An’an Aminah mengutarakan,

“sebagai kader dari wilayah Ciamis, Jawa Barat saya sangat bangga dengan berbagai inisiatif yang selama ini telah dilakukan para ulama perempuan di berbagai komunitas, adanya persentuhan gerakan perjuangan dan gerakan perubahan yang dilakukan oleh ulama perempuan melalui perhimpunan Rahima ini, saya pun dapat mengaktualisasikan potensi diri, dan alhamdulillah, saya bangga dengan terpilih sebagai salah satu perwakilan dari 32 Kader Pendidikan Ulama Perempuan di Jawa Barat. Saat itu kegiatan seperti konsolidasi tentu membuka ruang berpikir, berbagai perspektif tentang sebuah persoalan, isu-isu dan fenomena krusial yang dialami para perempuan dapat diserap dan didiskusikan secara bersama dengan berlandaskan ma’ruf bil ma’ruf, serta berkeadilan dan kesalingan. Inilah yang membuat saya sadari bahwa Islam itu memiliki banyak pesan damai, bukan hanya tentang perintah ibadah semata. Setidak-tidaknya kami yang hadir disini “merawat gerakan dengan jaringan Rahima, terlebih di wilayah Ciamis belum memiliki kader yang dapat menyuarakan isu keadilan gender” kata, aktivis KUPI dari Ciamis, Priangan Timur, Teh An’an Aminah saat diwawancarai di ruang Shafa Function Room, Noor Hotel, Kota Bandung, Selasa, 08/11/2023.

Lanjutnya lagi,
“dalam stigma masyarakat khususnya di Priangan Timur sendiri, Perempuan dengan sosok ‘Bu Nyai’ kerapkali hanya menjadi pelengkap, kiprah kepemimpinannya jarang di-up atau dilirik publik, sehingga kapasitas kemampuan dan personal pribadinya sebagai ulama perempuan tidak disiarkan dan disebarluaskan, kemudian melalui gerakan perubahan Rahima, kok saya mendapat angin segar tentang peran ulama perempuan dan boleh dikatakan klaim ulama yang biasanya itu disematkan kepada laki-laki saja, hari ini bisa dirasakan bagi para Bu Nyai-Bu Nyai di pesantren yang ada di Jawa Barat khususnya, yang memang mumpuni. Adanya regenerasi para bu nyai dengan demikian, suara para tokoh ulama perempuan di pesantren-pesantren dapat dijadikan fatwa atau rujukan keagamaan di tengah masyarakat, dan bersama Rahima saya turut berkiprah. Rahima dengan menciptakan media dakwah yang begitu khas, Shalawat Musawah yang mengusung nilai-nilai kesetaraan gender dan juga ada Majalah Swara Rahima” ungkap, An’an Aminah, selaku Wakil Ketua 1 PC Fatayat NU Ciamis, Jawa Barat sekaligus anggota JP3M (Jam’iyah Putri Pengasuh Pondok Pesantren Muballighoh) Jawa Barat, dan anggota KUPI Priangan Timur.

Perhimpunan Rahima tidak semata telah menghadirkan narasi dan literasi keagamaan yang ramah terhadap perempuan, melalui dekonstruksi terhadap teks keagamaan, analisis kritis terhadap kebijakan pemerintah terkait hak-hak perempuan, dan menghadirkan kiprah ulama perempuan dalam pembangunan bangsa. Tetapi Rahima sangat konsisten terhadap gerakan perubahan demi hak-hak perempuan dan kemanusiaan. (08/11), (Abdul Majid Ramdhani).

Comment here