Untuk bisa moderat harus berilmu
semakin dalam ilmu semakin moderat
Toleran, ada batasnya. Tidak bisa toleran ketika ada yang mengatakan Al-quran lebih dari 30 juz. Hal fundamental mendasar agama tidak ada toleran.
Batas moderasi perlu, tidak perlu liberal
Dakwah dengan metode yang persuasif.
Dituntut berbuat baik, karna agama itu akhlak, bukan menepis syariat. Tapi esensi agama Itu bisa menebarkan kemanfaatan sesama.
Sosmed menjadi alat untuk berdakwah.
Kita tadak lagi tersekat wilayah geografis, akibat globalisasi.
Efek globalisasi; pengamalan ekstrim, berlebihan. Moderat lawat ektrimis. Memahami agama slalu teks. Quran, hadits dipelajari dengan teks. Disini awal mula ekstrimis, dahuli. Para ahli memilah pendekatan 2:
1. Teks saja
2. Terlalu liberal, bebas sebebasnya memahami teks. Mengagumkan nalar, terkadang tercerabut
Dunia pesantren entitas yg menjaga di tengah, moderat.
Cara kita beragama, pemahaman kita terhadap agama menimbulkan perbedaan.
Tidak ada yang bisa menghakimi perbedaan-perbedaan tersebut.
Moderasi membawa pemahaman ygang berwujud berlebihan tadi menuju ke tengah
Toleransi:kemauan dan kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orangg lain saat perbedaan terjadi.
Ketika bersosmed, tetap harus bertumpu toleransi dan tenggang rasa, dengan semangat mengajak berbuat kebajikan. Mengajak orang yang berbeda, syaratnya jangan mudah menyalahkan pihak yang berbeda.
Nilai islam yang normatif dengan empirik belum tentu sama.
Dalam konteks muamalah, islam diempirikkan maka muncul keragaman yg luar biasa.
Poin:
Jgn mudah menyalahkan
Dakwah yang mencerahkan adlah dakwah yg ramah, bukan marah
Prinsip dasar dakwah, bukan menyalahkan/ menjelekkan.
Jangan baper, dan jangan semua dikomentari. Sosial media seharusnya memperkaya pertemanan bukan malah perpecahan atau permusuhan.
Misi bersosmed pak menag:
1. Ingin mndapat ilmu, kabar, berita secara cepat, yg diikuti mengikuti akun yang bisa memberi info
2. Menebarkan pikiran, yang dirasakan benar maka dituliskan
3. Hiburan,
Penulis (Naqibah)