Lompat ke konten

Membangun Integritas Kemanusiaan melalui Dialog Gus Dur

Malam puncak dari rangkaian kegiatan Haul Gus Dur XIII diakhiri dengan Dialog dan Panggung Budaya. Berlokasi di tempat yang sama yakni Syantikara Youth Center, dialog yang mengusung tema Gus Dur dan Kemanusiaan menghadirkan Hairus Salim, Pengurus LKiS dan Elga Saparung, Direktur Institut DIAN/ Interfidel.

Dialog ini membahas tentang bagaimana sosok Gus Dur dimata mereka. Hairus Salim mengawali dialog tersebut. Menurutnya Gus Dur itu adalah sosok yang memiliki banyak hal seperti sabar, cakap dan mudah bergaul. Sosok yang tidak ada batasan lagi antara muda, tua, dan semua jenis orang.

“Gus Dur mencoba menjembatani perbedaan keberagamaan, yang itu merupakan hal sulit. Gus Dur mengajarkan kita banyak hal, untuk tidak perlu takut dengan umat beragama lain, tidak lagi berprasangka dengan mereka, dan menerima keragaman yang ada. Dari Gus Dur kita belajar: untuk menjadi beragama, berarti juga menjadi berani membangun persaudaraan lintas agama.” Tambah Hairus Salim.

Sementara itu, menurut Elga Sarapung Gus Dur itu cepat merespon, terlebih dalam hal membantu orang lain.

“Gus Dur itu berpikirnya jauh ke depan. Manfaatnya luar biasa bagi kita. Beliau mengajarkan bahwa agama harus membebaskan. Agama tidak bisa dituntut hanya ada dalam kerangkeng. Bahwa beragama itu tidak hanya menjalankan ritual, tetapi apa artinya nilai-nilai agama itu untuk sesama manusia.” Ucap Elga Sarapung.

Kegiatan dialog ini ditutup dengan closing statement bahwa kita harus punya komitmen dan integritas untuk membangun hal-hal positif  bukan hal-hal negatif dan kita juga harus punya konsistensi dan integritas. Gus dur tidak hanya membaca dan menulis akan tetapi mempraktekannya juga.

Pada akhirnya, malam puncak diakhiri dengan Panggung Budaya yang menampilkan berbagai tampilan akustik, puisi, tarian hingga vocal group.

Pewarta : Eka Novitha Utami, Nihayatut Thoyyibah

Editor : Anifa Hambali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *