Lompat ke konten

Kiai Tubagus Soleh Ma’mun, Guru Al-Qur’an Kualitas Dunia dari Banten

Perhelatan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits Nasional akan diselenggarakan di Provinsi Jambi mulai 29 Oktober hingga 7 November 2023. STQHN tahun ini mengusung tema ‘Dengan STQH Nasional, Kita Siapkan Generasi Berkarakter Qur’ani dalam Mewujudkan Indonesia Hebat.’

STQHN 2023 mampu membuka cakrawala publik tentang khazanah keislaman, utamanya terkait ke-Al-Qur’an-an dan bertujuan mencari bibit-bibit unggul tilawah (pembaca) dan penghafal Al-Qur’an untuk dilakukan pembinaan tingkat lanjut.

Melansir dari NU Online (Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/malam-ini-wapres-kh-ma-ruf-amin-dijadwalkan-buka-stqh-nasional-ke-27-di-jambi-D6oy5

Total peserta berjumlah 736 yang datang dari seluruh provinsi di Indonesia telah dinyatakan absah mengikuti ajang nasional tersebut, setelah melalui sejumlah proses hingga verifikasi dan validasi.

Mengacu pada Peraturan Menteri Agama RI Nomor 15 Tahun 2019, penyelenggaraan STQH bertujuan untuk memelihara, mengembangkan, serta meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan, serta untuk menyebarluaskan ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Misi ajang ini juga untuk menjadikan dua sumber ajaran Islam itu sebagai spirit pembangunan nasional berdasarkan pendekatan agama.

Kompetisi ini tidak hanya mempertahankan statusnya sebagai ajang nasional untuk memilih peserta terbaik yang akan mewakili Indonesia di ajang tilawah Al-Qur’an internasional.

Jika kita menarik sejarah, di Indonesia punya “jebolan” santri atau anak pesantren Al-Qur’an Soleh Ma’mun Lontar Serang, Banten. Dimana ada nama-nama besar beliau sangat populer seperti; KH Muammar ZA, Nanang Qosim ZA (adik kandung dari Muammar ZA) dan Humaedi yang masyhur sampai ke mancanegara.

Kadar besarnya gurumu dihatimu maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu (Manhajus Sawi: Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith Sumaith Ba’lawi al Husaini).

Penulis pun menelusuri “Siapakah guru qori-qori ternama itu?,”

Lagi-lagi pondok pesantren mempunyai peran yang besar dalam mencerdaskan anak bangsa melalui pendidikan agama dan sebuah lembaga pendidikan yang keberadaannya jauh sebelum Indonesia merdeka.

Para santri yang memiliki berbagai macam potensi tersebut harus selalu siap untuk diaktualisasikan dalam kehidupan. Kehidupan pesantren sekarang terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang progresif menghadapi ragam perkembangan era globalisasi yang akan tetap survive dengan landasan keislaman, kemajuan modernisasi. Pondok pesantren memiliki andil yang sangat besar dalam perjalanan sejarah perjuangan hingga mencetak dan mencerdaskan sumber daya bangsa dan negara.

Kedudukan pesantren sejak dulu tidak hanya sekedar sebagai lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan (pendidikan keagamaan), namun juga sebagai lembaga sosial kemasyarakatan (local community organization) yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat dan mengemban amanat sebagai perekat umat. Terlebih dengan jumlah pesantren di Indonesia, pada umumnya dan khusus untuk wilayah Banten. Provinsi Banten dengan jumlah pesantren yang menurut data statistik yang dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag) menunjukkan, bahwa Provinsi Banten dengan angka 6.423 pesantren.

Jumlah pesantren yang sangat banyak menjadi kekuatan besar penentu masa depan bangsa, penentu lompatan kemajuan bangsa, dan penentu keberhasilan mencapai cita-cita. Nah, alhasil dari sekian banyaknya jumlah pesantren di wilayah Banten, ada satu tempat yang sangat menarik penulis,

Pesantren Al-Qur’an Soleh Ma’mun Lontar, Serang. Menurut silsilahnya, cikal bakal terbentuknya ponpes ini bermula dari seorang ulama asal Kaujon bernama Syekh Tubagus Ma’mun. Beliau merupakan tokoh agama yang telah mendalami ilmu Alquran selama lebih dari 30 tahun di Mekkah, Arab Saudi. Beliau, belajar langsung ilmu Al-Qur’an dari seorang Syekh bernama Sarbini ad-Dimyati Mekkah, yang merupakan pemegang silsilah sanad keilmuan Al- Qur’an langsung bersambung dari Nabi Muhammad SAW.

Sebelum terbentuknya Ponpes Al-Qur’an Soleh Ma’mun, Syekh Tubagus Ma’mun merupakan pemegang juara satu qari yang digelar Kerajaan Kairo, Mesir, pada zamannya. Kemudian, Raja Arab Saudi saat itu tertarik dengan keindahan dan ilmu Alquran yang dimiliki Syekh Tubagus Ma’mun. Beliau kemudian dipersilakan oleh Raja Arab menjadi imam salat langsung di Masjidil Haram, Mekkah.

Namun, karena keindahan suara dan ilmu Alquran yang dimiliki Syekh Tubagus Ma’mun, Raja Arab Saudi mengeluarkan maklumat agar Syekh Tubagus Ma’mun tidak memimpin kembali jamaah shalat di Masjidil Haram. Raja saat itu khawatir para jamaah shalat tidak konsen karena keindahan suara dan kemampuan Syekh Tubagus Ma’mun dalam melafalkan Alquran.

“Beliau di kala itu hanya satu kali memimpin shalat. Setelah itu diharamkan sama raja karena saking indahnya suara beliau, jemaah itu jadi hilang konsentrasi,” menurut kisah salah satu putra beliau, H.Tb Heru Abu Hurairoh (Kang Heru) selaku Ketua Jam’iyyatul Qurro wal Hufadz Nahdlatul Ulama (JQH NU) di Provinsi Banten).

Jika kita melewatkan untuk mencontoh sejarah masa lalu, maka benar-benar hilang darimu sebuah keteladanan. Berusahalah mengikuti jejak mereka meskipun kamu tidak mampu seperti mereka. Sesungguhnya mengikuti jejak orang-orang yang mulia adalah keberuntungan.

Tatkala pena penulis menorehkan semburan kisah hikmah Guru Al-Qur’an Asal Indonesia (Banten) yang Mendunia ini serta harum namanya dan warisan keilmuannya hingga sejauh mengalir lintas zaman.

  1. Tubagus Sholeh Ma’mun bin Tubagus Syekh Ma’mun adalah seorang ulama Banten yang lahir dari pasangan Syekh Ma’mun dan Nyai Salhah. Beliau, KH. Tubagus Sholeh Ma’mun lahir di Kampung Kaujon, Desa Kaujon Kota Serang pada tahun 1923.

Pada tahun 1940 KH. Tubagus Sholeh Ma’mun mendirikan Pondok Pesantren Al-Qur’an di mana di kala itu belum ada lembaga-lembaga khusus untuk mempelajari dan mendalami ilmu Al-Qur’an. Selain itu minat masyarakat yang ingin belajar cukup tinggi. Sebab dasar itu KH. Tubagus Sholeh Ma’mun mendirikan Pondok Pesantren Al-Qur’an Lontar yang amat sederhana, namun santrinya cukup banyak, santri yang datang dari berbagai penjuru wilayah tak hanya dari masyarakat sekitar Serang saja, ada juga dari wilayah luar.

Murid-muridnya atau alumni pesantrennya banyak yang menjadi panutan diantaranya, seperti Prof Ibrahim Husen, Rektor Perguruan Tinggi Ilmu-Ilmu Alquran (PTIQ), KH Tabrani, pendiri Pesantren Athobariyah, KH Idrus Turus, pendiri Pesantren Turus, Pandeglang, KH Kurtubi,  pendiri Pesantren Rodiatul Qoniin di Cipare (Serang), Tubagus Ahmad Hashuri Tohir, pendiri Pesantren Ath-Thahiriyah, Serang. Selain itu, banyak juga lulusannya yang menjadi qari dan qariah nasional seperti Tubagus Wase Abbas, juara MTQ tingkat nasional (1963), Tubagus Abbas Soleh Ma’mun, juara MTQ di Makassar (1969), dan juara MTQ tingkat internasional di Kuala Lumpur, Malaysia; dan Ratu Humairoh, juara MTQ di Makassar (1969).

Popularitas KH Tubagus Sholeh Ma’mun ulama Al-Qur’an termasyhur dan terbaik se-Indonesia sebagaimana pendahulunya (Syaikh Ma’mun Al-Bantani), mendapat perhatian besar dari Presiden pertama kita Ir. Soekarno.

Beliau, pernah diundang ke Istana khusus untuk mendapat ucapan selamat dan terimakasih atas jasa-jasanya dalam pengembangan ilmu Alquran  di Indonesia.

KH Sholeh Ma’mun Bin Ma’mun putera kedua Syekh Ma’mun (Syaikh Ma’mun Al-Bantani pun diamanahkan oleh sang mertua untuk mengelola Pondok Pesantren Al-Quran Lontar, Serang. Dari Pondok Pesantren Al-Quran Lontar inilah telah lahir qari-qariah ternama seperti Muammar ZA, Nanang Qosim ZA dan Humaedi yang masyhur sampai ke mancanegara. Termasuk murid-murid lainnya.

Tubagus Soleh Ma’mun wafat pada 1963 dalam usia yang relatif muda, 40-an tahun. Makamnya berdekatan atau masih satu area dengan Kiai Tubagus Rafi’uddin (Ki Banjir) wafat dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) sekarang, di area kuburan Buah Gede, Kaujon Serang, Banten.

Kegigihan KH Tubagus Sholeh Ma’mun dalam mengajarkan ilmu Al-Qur’an juga patut diteladani. Setelah adanya Pondok Pesantren Al-Qur’an Lontar Serang, beliau pun masih terus berkeliling ke sejumlah tempat untuk mengajarkan ilmu Al-Qur’an kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dilakukan beriringan dengan tugasnya sebagai pengasuh utama pondok pesantren.

Berkat kegigihannya itu, salah satu tempat di Kecamatan Taktakan, Kota Serang, sempat merasakan sentuhan ilmu Alquran langsung dari Tubagus Shaleh. Bahkan menurut cerita keluarga, pada zaman itu, warga di satu kampung di Kecamatan Taktakan memiliki suara yang begitu indah dan lafal yang jelas dalam melantunkan ayat suci Al-Qur’an. 

Melalui ‘tangan dingin’ KH Tubagus Sholeh Ma’mun, sejumlah qari dan qariah kondang mulai bermunculan. Pada generasi awal seperti: Ratu Humairoh, Tubagus Abbas dan Nanang Kosim, yang namanya dikenal hingga ke mancanegara berkat kemampuan dan keindahan suara dalam melantunkan ayat suci Al-Qur’an, ungkap H.Tubagus Heru Abu Hurairoh (Kang Heru), selaku Ketua Jam’iyyatul Qurro wal Hufadz Nahdlatul Ulama (JQH NU) di Provinsi Banten) kepada penulis.

Saat ini Pesantren Al-Qur’an dilanjutkan oleh dzuriyat KH Tubagus Bai Mahdi Soleh Ma’mun.

Pesantren merupakan bagian penting dari kehidupan kiai sebab menjadi tempat dimana kiai mengembangkan ajaran dan pengaruhnya melalui pengajaran. Tidak sedikit pesantren yang menurun otoritas dan pamornya disebabkan kredibilitas kiainya di mata masyarakat menurun, atau karena meninggal dunia sementara penggantinya yang biasanya dzuriyyat (berasal dari anak keturunannya atau menantunya) tidak memiliki pengetahuan dan kewibawaan sebagaimana yang dimiliki oleh orang tua atau mertuanya. Karena kiai memiliki kedudukan sentral dalam pesantren, maka keberlanjutan suatu pesantren tergantung dari kiainya.

Atas dasar fenomena demikian penulis menghadirkan kembali catatan sejarah citra pesantren yang ada di Banten. Karena pesantren turut berkiprah dalam sebuah proses pembentukan kesadaran masyarakat untuk memiliki idealisme demi kemajuan bangsa dan negara di masa depan.

Termasuk peran Pondok Pesantren Al-Qur’an Soleh Ma’mun di Serang, Pesantren AlQur’an Sholeh Ma’mun ini merupakan salah satu pesantren Al-Qur’an tertua di Indonesia.

  • Kiai dan Perkembangan Pesantren di Banten
  • Menemukan Jejak Peradaban Guru-Guru Al-Quran

Menggagas Peran Strategis Pesantren-Pesantren Al-Quran di Banten.

Berdasarkan naskah naskah historis yang tersedia, sebagai dimaklumi bahwa Islam dari Demak melalui Cirebon kemudian ke Banten.

Dalam Purwaka Caruban Nagari dijelaskan bahwa Syarif Hidayatullah ini beserta 98 muridnya dari Cirebon, berusaha mengislamkan penduduk Banten–yang telah mengalami proses Islamisasi yang intensif sejak Syarif Hidayatullah dan Putranya Hasanuddin datang ke Banten dan berhasil mendirikan Kesultanan Banten yang pada akhirnya bermuara pada kuatnya unsur Islam pada budaya yang dikenal secara streotipe sebagai budaya Banten.

Tentang tarikh berdirinya Kesultanan Banten- Purwaka Caruban Nagari (pupuh, 162-168)

*sumber: BAB III-Kiyai Pesantren Dalam Realitas Sosial, Dinamika Peranan Politik Kiyai Di Banten Pada Era Orde Baru/Ahmad Sugiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *