Jakarta, 16 Juni 2024 – Arus Informasi Nusantara (AISNU) bertemu dengan Tenaga Ahli Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Kemang, Jakarta Selatan. Pertemuan ini membahas potensi para santri yang memiliki bakat dan minat di bidang kepemudaan dan olahraga.
Tenaga Ahli Menpora Bidang Diaspora, Hamdan Hamedan, membuka peluang bagi para santri untuk menyalurkan bakat dan minat mereka di bidang olahraga dan kepemudaan. Melalui AISNU, ia berharap informasi ini dapat tersampaikan ke banyak pesantren di seluruh negeri.
“Kemenpora sangat membuka potensi dari para santri yang memiliki bakat di bidang kepemudaan dan olahraga. AISNU bisa turut mensosialisasikan informasi ini kepada pihak pesantren,” ujar Hamdan Hamedan.
Ulinnuha Lazulfaa, selaku koordinator nasional AISNU, menanggapi positif ajakan sosialisasi santri berpotensi dan berprestasi dari Hamdan.
“Terima kasih, Pak Hamdan. Tentu hal ini menjadi angin segar bagi para santri untuk menunjukkan potensi minat dan bakat mereka. Santri-santri di pesantren juga senang berolahraga. Informasi ini akan kami teruskan ke berbagai pesantren yang dapat kami jangkau,” kata Ulinnuha, yang akrab disapa Cak Ulin.
Hamdan melanjutkan, bahwa para santri memiliki potensi menjadi atlet nasional.
“Santri-santri kita usianya ideal jika ingin menjadi atlet, sehingga potensi mereka dapat dikembangkan lebih matang. Kemenpora memiliki PPLP, PPOP, dan SKO untuk mendukung potensi para pelajar dan santri di bidang olahraga,” jelas Hamdan.
PPLP merupakan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar. Adapun PPOP adalah Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar, sedangkan SKO adalah Sekolah Khusus Olahraga yang dimiliki Kemenpora.
Koordinator Nasional AISNU menanggapi pengamatan Hamdan bahwa meskipun santri memiliki potensi, sering kali mereka kurang mendapatkan wadah dan kesempatan yang baik, seperti akses informasi yang kurang.
“Memang benar, Pak. Saya juga melihat demikian. Akses informasi yang dapat menyalurkan potensi mereka kurang masif, sehingga mereka sekadar hobi saja belum diarahkan secara profesional,” tambah Ulinnuha.
Gus Rifqil yang aktif di membina ssb manhik united juga sangat antusias menyambut kerja sama ini, “Saya menunggu betul hasil dari audiensi ini, dengan komunitas luasnya ais dan tentunya akses besar dari kemepora, akan mengasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi santri” pungkasnya saat menemani pertemuan Ulinnuha dan Pak Hamdan.
Selain itu, Hamdan juga menjelaskan bahwa Kemenpora memiliki program Indonesian Dream, yaitu program pertukaran pemuda antar negara yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan wawasan pelajar, santri, dan purna-santri.
Hamedan juga berpesan agar para santri rutin mengecek situs resmi dan media sosial Kemenpora untuk mendapatkan informasi terbaru serta kesempatan mengasah kemampuan diri.
“Ada banyak informasi relevan dan kesempatan yang tersedia di sana,” pungkas Hamdan.
Perlu diketahui bahwa Hamdan Hamedan merupakan salah satu yang berperan dalam proses naturalisasi punggawa Timnas Sepakbola Indonesia, yang hari ini memasuki Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Beberapa pemain tersebut di antaranya Justin Hubner, Ragnar Oratmangoen, Syhane Pattynama, dan yang lainnya.
Santri Aktif: Catatan Prestasi dan Potensi
Melihat data santri aktif di Indonesia per 2023, jumlah pondok pesantren mencapai 37.626 unit yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sebanyak 4.847.197 (Satu Data Kemenag RI).
Baik satuan Pendidikan Diniyah Formal, Pendidikan Muadalah, dan Ma’had Aly, mayoritas santri berada pada kisaran usia 13-19 tahun. Usia ini cukup potensial untuk mengembangkan minat dan bakat mereka di bidang kepemudaan dan olahraga. Terbukti, meski belum maksimal, ada santri yang telah berprestasi menjadi atlet.
Contohnya, di bidang sepak bola nasional, Evan Dimas Darmono, gelandang Timnas sepak bola Indonesia, merupakan alumni pesantren Nahdlatul Ulama Shafta Lontar Citra, Surabaya. Kemudian Witan Sulaiman yang masa remajanya nyantri di Pondok Pesantren Syekh Zainudin Abdul Makhjid Anjani di Lombok Timur, NTB.
Atlet bulu tangkis dengan berbagai torehan internasional, Tontowi Ahmad, juga merupakan alumni Pesantren Al-Falah Kediri, Jawa Tengah, dan lulusan SMK Ma’arif NU Selandaka, Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah.
Catatan prestasi para santri ini menjadi motivasi bagi santri lain di Indonesia untuk melanjutkan estafet perjuangan. Menjadi atlet dari kalangan santri juga termasuk jihad serta implementasi cinta tanah air (hubbul wathan minal iman).
AISNU sebagai komunitas santri yang bergerak di bidang media, informasi, dan digitalisasi, berkomitmen mensosialisasikan peluang yang dibuka pemerintah, termasuk melalui Kemenpora.