
Magelang, aisnusantara.or.id – Arus Informasi Santri Nusantara (AISNU) Jawa Tengah bekerja sama dengan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Tengah dan didukung oleh NU Online Jawa Tengah, menggelar acara Ngaji Perempuan #1 di Studio Mendut, Magelang. Pada hari selasa, 27 Agustus 2024.
Dengan tema “Memerdekakan Kesadaran Perempuan,” kegiatan ini dihadiri oleh 40 peserta, termasuk santri putri dari pondok pesantren di Magelang, Purworejo, Wonosobo, dan Temanggung, serta perwakilan dari berbagai organisasi seperti IPM, IMM, PDNA, dan IPPNU Kabupaten Magelang.
Acara dimulai pukul 13.30 dengan pembukaan oleh Suma Maulidha selaku MC. Sesi pertama yang bertajuk “Membaca Ulang Keresahan di Pondok Pesantren” dibawakan oleh Bunga Sholikhah dari AISNU Jawa Tengah. Dalam sesi ini, Bunga mengajak para peserta untuk merenungkan kembali situasi di pondok pesantren yang selama ini dianggap sebagai tempat paling aman untuk belajar agama. Namun, fakta menunjukkan masih adanya kasus bullying dan pelecehan seksual yang terjadi, baik antar santri maupun antara Kiai dan santri.
Bunga menegaskan pentingnya kesadaran dan ketegasan santri dalam menghadapi masalah ini. “Kita sebagai santri harus sangat bisa menghadapi masalah-masalah yang sedang trending seperti ini. Ya kita harusnya tau kita itu di pondok itu tujuannya apa. Ya memang kita itu santri yang harus nderekdawuh tapi kita juga harus tau jika kalo perbuatan itu tidak pantas maka kita juga bisa menolak perintah tersebut,” ujarnya tegas.
Sesi kedua berupa talkshow bertema “Memerdekakan Kesadaran Perempuan,” menampilkan Monica Subastia dari PWNA Jawa Tengah dan Arina Millataka dari AISNU Jawa Tengah. Dipandu oleh Suma sebagai moderator, diskusi ini mengupas berbagai persoalan yang dihadapi perempuan, mulai dari hak-hak perempuan, tantangan yang dihadapi dalam masyarakat patriarki, hingga isu-isu seperti pelecehan seksual dan pernikahan.
Monica Subastia menyoroti pentingnya solidaritas antar perempuan. “Forum-forum seperti ini harus sering-sering diadakan. Jangan sampai kita jadi toxic kepada sesama perempuan. Kalau kita tidak mau berkompetisi maka kita akan ketinggalan. Maka dari itu, mari menjadi perempuan yang mendukung sesama perempuan,” katanya.
Arina Millataka menutup sesi dengan mengajak peserta untuk membebaskan kesadaran mereka. “Banyak keresahan berangkat dari kurangnya kesadaran. Maka mari, mulai sore ini kita memerdekakan kesadaran kita sebagai perempuan, bahwa kita berharga, berhak atas hak-hak diri dan layak diperlakukan dengan baik. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbarui nilai-nilai pribadimu, maka teruslah berupaya memperbaiki diri, tumbuhlah sebagaimana sunnatullah kita sebagai perempuan dan berpulanglah dengan bahagia,” tuturnya penuh makna.
Acara diakhiri dengan penyerahan hadiah dan kenang-kenangan, serta foto bersama yang menandai berakhirnya sesi Ngaji Perempuan #1 dengan semangat yang penuh inspirasi.