Kemarin beberapa pekan yang lalu tetanggaku menikah. Kebetulan penulis menjadi pramuladi atau sinoman yang membantu acara menghantar makanan. Penulis mengelus dada ketika melihat anak ya kira-kira seusia kelas 4 SD asyik maen hape android dan cuek dengan sekitarnya. Saya gak tahu apa yang dia buka, kemungkinan yang dibuka adalah game, khusnudzon saya. Saya kira kejadian itu hanya merupakan secuil dari realitas yang ada selama ini. Sadar atau tidak, di sekitar kita, dan di mana saja, kita sering menjumpai anak-anak yang megang hp canggih, sekelas iPad, android, smartPhone, ataupun tablet. Simpel saja, apa fungsi hp-hp canggih itu ditangan mereka? Apakah mereka pembisnis, atau akademisi, atau pejabat atau pekerja lainnya yang mau tidak mau harus memiliki hp canggih untuk berkomunikasi demi pekerjaan. IT telah mengintai anak, memang realitasnya tidak ada iklim yang baik bagi anak, informasi, komunikasi dan teknologi yang masuk tidak ramah dengan anak. Dari tayangan televisi yang menyuguhkan percintaan, kesaktian, kekerasaan dan sebagainya. Bahkan saat ini lagu-lagu anak pun tidak ada, yang ada lagu orang dewasa yang dinyanyikan anak-anak, bahkan di di stasiun-stasiun televisi itu ajang pencarian bakat dengan menjadikan anak-anak sebagai objeknya. Menyanyi centil, melenggak-lenggok, berdandan menor, sepatu hak tinggi dan lagunya bukan lagu anak. Begitu juga dengan arus handphone di Indonesia ini, selain murah juga jangkauan internetnya kuat dan murah juga kuotanya.
Hp canggih tidak memberikan manfaat bagi anak secara langsung. Anak bisa menjadi individualistik sehingga tidak mau bersosialisasi dengan sekitarnya. Kala penulis masih SD, permainan benthik, tembak-tembakan, delikan, jamuran, pasaran dan permainan tradisional lainnya telah menjadi andalan. Selain warisan Walisongo dan budaya juga penuh makna, berbagi dengan sesamanya. Namun saat ini, anak memiliki permainan jenis baru, yaitu games di hp. Dahulu mungkin masih ada sosialisasi kala ada sega atau nitendo, kumpul bareng, patungan terus maen bergantian. Sedangkan saat ini, cukup di dalam kamar, buka hp, cari games yang disukai dan maen. Sampai berjam-jam, lupa makan, lupa belajar, lupa sholat dan lupa segalanya, jika diingatkan marah-marah. Karena kejadiannya seperti ini, bisa jadi iseng-iseng anak akan membuka sendiri situs-situs kekerasan dan situs porno dan itu menjadi konsumsi rutin baginya.
Sekarang ini teknologi semakin canggih, semua bisa diakses secara dengan murah, mudah dan cepat. Tak kalah ketinggalan anak-anak zaman sekarang yang tidak kalah sama orang dewasa dalam mengikuti pola IT. Jika ada empat orang anggota keluarga, maka bisa dipastikan masing-masing memiliki hp termasuk anaknya. Bisa dipastikan pula hp nya canggih walaupun belum tentu masing-masing memiliki Al Qur’an. Mereka sudah terkena dampak dari teknologi modern, IT telah mengintai mereka. Tak bisa dipungkiri bahwa hp dan televisi bisa mempengaruhi cara anak-anak menghabiskan waktunya, termasuk tentang apa yang dipelajari dan bagaimana cara mereka mempelajarinya. Selain televisi, anak-anak biasanya menghabiskan waktunya dengan bermain games dan menggunakan internet. Apakah anda bisa mengamati, apakah yang mereka lakukan ini aman untuk anak Ayah Bunda? Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua untuk mengontrol pengaruh dari aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan yang berhubungan dengan kemajuan teknologi? Ayah dan Bunda, anak melihat apa hari ini?
Menonton Televisi
Televisi banyak memberikan program-program yang bisa menarik perhatian pemirsanya. Selain itu, kita juga bisa memperoleh pengalaman yang baru dan beragam, tanpa harus meninggalkan rumah. Semua bisa kita nikmati dengan mudah. Penonton televisi bisa melihat bagaimana orang-orang di berbagai penjuru. Anak kecil, yang belajar dengan mengamati, akan selalu mencoba dan meniru apa yang mereka lihat di televisi baik yang positif maupun yang negatif.
Dilihat dari sisi positifnya, televisi bisa memberikan pengetahuan, informasi dan juga sebagai hiburan di waktu senggang. Tapi televisi juga berdampak negatif, terutama pada anak-anak. Ayah Bunda, ketika anak kita menyaksikan program-program yang mengandung kekerasan, tidak menutup kemungkinan anak akan memiliki sikap agresif. Selain itu anak juga bisa terpengaruh perilaku seksual yang mereka lihat di televisi, menirukannya di usia yang terlalu dini. Mereka juga akan percaya dengan hal-hal yang sebenarnya itu hanya tipuan belaka. Misalnya ketika anak melihat sinteron yang bercerita tentang peri. Padahal kita tahu bahwa peri itu hanya ada di dalam dongeng. Sekarang ini jarang sekali ada anak yang mau menonton kisah-kisah islam. Apalagi program-program televisi sekarang ini jarang menampilkan kisah-kisah islami.
Sebagai orang tua harus bisa mengontrol pengaruh televisi dalam kehidupan anak. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:
- Batasi waktu menonton televisi anak anda. Makanya terkadang di beberapa pintu masuk perkampungan itu ada tulisan Jam Belajar Siswa 19.00-21.00 WIB, dilarang nonton televisi.
- Sebisa mungkin berilah pengertian pada anak untuk tidak menyaksikan program-program kriminal dan yang mempertontonkan adegan-adegan seksual.
- Dampingi anak Anda ketika mereka menonton televisi. Gunakan kesempatan ini untuk mengajarkan mereka tentang apa yang mereka lihat. Terkadang di beberapa stasiun televisi ada tulisan BO (Bimbingan Orangtua), D (Dewasa) dan sebagainya.
Para orangtua seharusnya juga menghindari terlalu banyak menonton televisi. Karena orangtua
tua itu contoh bagi anak-anaknya.
Menggunakan Internet
Sekarang internet telah di tangan anak Anda, yaitu di dalam hape. Ketika internet menjadi alat yang bagus untuk berkomukasi, kemudian muncullah pertanyaan tentang bagaimana anak-anak menggunakannya. Terkadang orangtua tidak khawatir akan dampak negatif dari internet tesebut. Malahan berlomba-lomba membelikan hp secanggih mungkin, seakan itu termasuk gengsi sosial padahal akan menjadikan senjata makan tuan. Tidak semua informasi yang ada di internet itu akurat, ada juga yang melenceng. Di internet situs apapun itu ada, dari informasi bisnis, institusi, materi-materi hingga dunia pornografi. Ayah dan Bunda, anak-anak itu sukanya meniru dan penasaran dengan hal-hal baru.
- Tentukan batasan online yang bisa digunakan anak Anda agar tidak mengganggu belajar
- Pastikan Ayah dan Bunda bisa terlibat ketika putra putri nya sedang surfing.
- Berilah pengertian pada Anda untk membuka website yang bermanfaat. Misalnya download buku pelajaran atau ang berkaitan dengan anak.
- Usahakan jangan internet hp, tapi intenet komputer/laptop saja. Kalau hp lebih baik dibelikan hp yang tidak ada internetnya. Karena fungsi anak hanya untuk sms dan telepon ketika hendak dijemput orangtua saja.
Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Penulis tidak melarang penggunaan internet dan televisi tapi tolong diawasi. Serta ajari mereka bersosialisasi dengan teman dan masyarakat. Karena manusia itu makhluk sosial bukan makhluk individu, Islam dan Budaya kita mengajarkan sosial namun individualistik itu corak budaya Barat.
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thoriq
Oleh: Dewi Mustika, S.Pd, Sekretaris LTN PCNU Klaten dan Guru SDIT Nurul Akbar Klaten. Tulisan ini pernah dipublikasikan oleh Majalah Pena NU Care – LazisNU Klaten dalam rublik Dunia Anak.