Semarang, 7/11/2022. Mengawali forum “Curah Pikir Silatnas”, Dr. Arikhah, M.Ag, dalam sambutannya menyampaikan rasa optimisnya terhadap agenda silaturrahim ini. Peran yang sangat strategis para bu nyai Nusantara, tidak hanya dalam domestik pesantren, akan tetapi lebih luas lagi, yakni mendunia.
“Peran bu nyai yang sangat strategis, menjadi roll model di pesantren, bangsa, dan negara dengan visi yang sangat positif, yaitu kerahmatan dan peradaban dunia, akan lebih siap menyongsong membangun peradaban dunia,” terang Pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo, Semarang.
Lebih lanjut, Nyai Arikhah menyampaikan, optimisme perempuan pesantren melalui forum Silaturrahim Bu Nyai Nusantara ini dengan beberapa tujuan dan rekomendasi yang akan dihasilkan di akhir perhelatan acara.
“Kami berharap, melalui silaturrahim ini, tidak hanya sebatas pertemuan fisik. Lebih dari itu, silaturrahim ilmiah yang kemudian akan merumuskan gagasan brilian, dan antarpesantren mampu bersinergi membangun peradaban dunia. Ini tujuan mulia kita. Modal peran strategis perempuan pesantren (para bu nyai), membawa energi positif melangkah lebih jauh,” tegas dosen UIN Walisongo Semarang.
Silaturrahim bu nyai Nusantara juga didukung oleh berbagai pihak, seperti dari para kiai dan pemerintah, dalam hal ini kedatangannya Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah.
“Termasuk yang menjadi energi positif adalah dukungan dari utusan Pemerintah RI, dalam hal ini, satu-satunya Bu Nyai yang masuk kabinet kementerian, maturnuwun, Bu Nyai Ida Fauziyah atas dukungannya. Kami juga sangat berterima kasih atas dukungan dari para kiai yang sudah lebih kuat mendorong bu nyai, tidak hanya di lingkungan pesantrennya, tapi di berbagai ranah kehidupan,” tutur Arikhah.
Kesempatan “Curah Pikir SIlatnas” menghadirkan dua narasumber yang memang sudah mendunia. Pertama, dari A’wan PBNU, Nyai Hj, Badriyah Fayumi, Lc, M.A. Kedua, Duta Besar al-Jazair periode 2016-2020, Nyai Dra. Hj. Safira Machrusah, MAAS.
Pada presentasinya, Nyai Badriyah Fayumi menyampaikan beberapa pengalamannya dan modal besar perempuan pesantren yang sudah menjadi kiblat dunia, khususnya dari nyai Nusantara di kalangan Nahdlatul Ulama.
“Membangun peradaban dunia bisa dilakukan oleh perempuan pesantren, di manapun tempat pengabdiannya, melalui eksistensi dan peran strategis para Bu Nyai Nusantara yang berlandaskan nilai spiritual, visioner dan kesolidan, ini sudah langkah membangun peradaban dunia,” jelas Ketua Majelis Musyarawah KUPI.
Lebih lanjut, Nyai Badriyah Fayumi menyampaikan bentuk optimisme dari sinergi perempuan pesantren membangun peradaban dunia melalui prinsip paguyuban, yang tidak hanya memandang asal struktural, namun juga berbasis kultural, kemudian memaknai secara komprehensif istilah makruf.
“Kami percaya gerakan perempuan pesantren dapat membangun peradaban dunia, melalui kultural dan struktural, melalui nilai-nilai universal, dikenal dengan konsep makruf. Sebab, dengan bersumber pada nilai makruf, akan lebih kontekstual, demokratis, inklusi, saling mengisi ruang kosong. Bu Nyai memiliki kekuatan kultural dan struktural secara bersamaan ini. Dan inilah kekuatan kita membangun peradaban dunia,” papar alumni Universitas Al-Azhar Mesir.
Pemaparan kedua dari Nyai Dra. Hj. Safira Machrusah, MAAS. mengawalinya dengan perhelatan Presidensi G20 tempo lalu, yang diinisiasi oleh Gus Yahya, Ketua Umum PBNU. Bahwa agama, menjadi solusi dan pesan perdamaian bagi seluruh agama di dunia.
Kemudian, nyai Safira Machrusah menyampaikan peran yang dapat dilakukan oleh Bu Nyai Nusantara dengan empat modal penting.
“Ada empat modal penting menurut teori Bourdieu, yakni modal finansial, modal kultural (pengetahuan) keahlian dan sumber daya manusia, modal sosial jejaring, dan simbolis misalnya kharisma,” terang duta besar al-Jazair 2016-2020.
Gerakan perempuan pesantren dapat membangun peradaban dunia melalui berbagai sektor, baik keagamaan, perekonomian, sosial-budaya, bahkan teknologi informasi, dan sebagainya, dengan catatan memiliki inovasi, kreativitas, membaca peluang, dan critical thinking.
“Bu Nyai Nusantara, kami berharap tidak perlu menghiraukan dikotomi yang sering dilekatkan, misalnya hanya dari pesantren, paling begitu saja. Tapi mari kita wujudkan melalui empat modal di atas, dan berperan secara aktif melalui sumber daya yang kita miliki. Inilah bentuk nyata untuk membangun peradaban dunia,” terang alumni The Australian National University, Canberra, Australia.
Silaturrahim Bu Nyai Nusantara dengan “Curah Pikir Silatnas” ini memberikan suntikan positif dan menunjukkan optimistik membangun peradaban dunia. Setelah pemaparan oleh para Narasumber, selanjutnya diadakan dialog untuk lebih membuka dan merumuskan rencana strategis sesuai visi yang dibawa oleh para perempuan pesantren.
Reporter: Badruzzaman YS